Home Jurnal-bebas Peluang

Peluang

1194
0

Orang yang pandai menjaring peluang adalah orang yang beruntung. Peluang datang hanya sekali. Seperti jatah hidup kita di dunia ini. Hidup kita hanya sekali. Tak ada istilah reinkarnasi, mati kemudian hidup kembali. Tetapi mati kemudian menuju alam lain yang abadi.
Jika kita memanfaatkan peluang hidup kita yang hanya sekali ini dengan berbuat baik, mengerjakan amal sholeh sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah subhanahuwata’ala, maka dengan rahmah-Nya jannah akan menjadi imbalan, begitu juga sebaliknya.
Hm kenapa kita mengerjakan amal sholeh harus sesuai dengan apa yang dituntunkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Karena memang dalam beribadah kita tidak serta merta berbuat seenak hati. Ada syarat yang perlu kita penuhi.
Yang pertama ketika berbuat harus didasari ke-ikhlasan. Ikhlas artinya khulush, bersih, suci segala apa yang kita kerjakan hanya menginginkan keridha’an Allah subhanahu wata’ala, tak ada embel-embel yang lainnya. Bukan karena ingin dipuji oleh teman, bukan karena ingin dilihat oleh calon mertua (he2) dll.
Keduanya, harus ittiba rasul, ibadah yang kita kerjakan harus sesuai dengan tuntunan rasulullah, tidak menambah-nambah atau mengurangi. Beribadah sesuai dengan sunnah-Nya. Kalau pun kita puasa hanya karena Allah, tapi berpuasa sebulan penuh tanpa sahur tanpa ifthar, ini tidak ada tuntunan dari rosul, maka puasanya batal.
Ibarat ada sebuah kebun yang dimiliki oleh seorang saudagar. Kita sebagai kulinya. Maka apa yang kita kerjakan harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh sang tuan kebun tadi, jika kita ingin mendapatkan imbalan darinya. Mari kita bayangkan jika kita beberja disana tanpa menghiraukan ketentuan yang ada, apakah kira-kira kita akan mendapatkan imbalan dari sang empu kebun? Tentu tidak, malah mungkin diusir, tidak dipekerjakan lagi.
Analogi ini bertentangan dengan faham pluralisme yang menyatakan bahwa semua pemeluk agama yang taat pada aturan agamanya masing masing pada akhirnya akan diterima oleh Tuhan yang satu surga yang satu. Faham ini diusung oleh orang-orang yang ingin meliberalkan islam seperti orang keristen meliberalkan agamanya. Padahal perbedaan antara Islam dengan kristen sangat kontras. Jika agama kristen diliberalkan oleh penganutnya, hal itu merupakan suatu kewajaran, karena memang agama ini mempunyai sejarah kelam bagi pemeluknya. Sehingga perlu dikritisi dan disesuaikan dengan Zaman.
Cerdiklah dalam memanfaatkan peluang karena peluang tak datang untuk kedua kalinya.
Seorang sahabat bercerita. Ada seorang pegolf yang memiliki kekurangan, cacat fisik yaitu buta. Dia ditantang oleh seorang pegolf kawakan yang memiliki kesempurnaan fisik seperti dirinya. Dia berjanji akan memberi imbalan yang besar jika pegolf yang buta tadi mau meladeni tantangannya.
Ini merupakan peluang, peluang bagi pegolf buta untuk mendapat imbalan yang besar. Tapi bagaimana mengalahkan penantangnya, sedangkan ia memiliki kekurangan fisik, buta mata? Ini merupakan titik permasalahan. Apakah akan menyerah begitu saja? Oh No! kesempatan ini hanya sekali. Lantas?
Dengan kecerdikannya pegolf buta, menerima tantangan dengan satu syarat. Pertandingan dilaksanakan dimalam hari tanpa lampu penerang. Dengan menghafal medan ia mampu bermain dengan baik, dan akhirnya memperoleh kemenangan. Berbeda dengan penantangnya yang tak bisa bermain dengan baik karena gelap.
Konklusi dari kisah ini, bahwa setiap peluang yang memiliki tantangan pasti akan ditemukan jalan keluar.
Dalam hidup kita yang hanya sekali ini akan ditemukan berbagai halang rintang, ujian dan cobaan. Nah bagai mana cara menghadapinya memerlukan kejelian dan kejernihan berfikir untuk mendapatkan jalan keluar yang baik. Jangan mengambil jalan keluar yang akan meninggalkan efek samping yang fatal bagi kelangsungan hidup dialam keabadian kelak.
*******

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.