Home Jurnal-bebas Gak usah Dongkol kalee (lembar satu)

Gak usah Dongkol kalee (lembar satu)

1462
3

Alat dan fasilitas tergantung kepada penggunaan si empunya.
Mata, pendengaran, akal dan hati merupakan alat untuk mengenal ke Maha Besaran Sang Pencipta.
bukan untuk sombong karenanya. Semuanya akan ditanya pertanggungjawabannya.
Apa yang kau lihat oleh matamu. Apa yang telingamu simak. Ke mana kau langkahkan kakimu. Diwaktu mulut tak lagi dapat mengelak.
Ketika Allah mengabarkan kepada para malaikat, akan menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Para malaikat berkata:
‘Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah disana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan-Mu?’
Dialog ini digambarkan Al-Qur’an pada surah Al-Baqarah ayat 30.
Kodrat manusia tercipta memiliki nafsu, yang menurut Ulama Tadzkiyyah terbagi tiga. Nafsu Muthmainnah yang memotivasi untuk berbuat kebaikan, dengan selalu mengingat dan merindukan-Nya. Al-Fajr: 27. Dipengaruhi oleh fitrah kebaikan dari Tuhan.
Yang kedua Nafsu amarotun bis suui, yang selalu mendorong untuk berbuat kejelekan. Yunus: 53. Dipengaruhi oleh syaithon, yang selalu mempropokasi untuk berpaling dari jalan kebaikan.
Yang ketiga nafsu yang yang tidak memiliki pengaruh antara keduanya (laa tatsbutu ‘ala haal).
Kita tidak seperti orang yang berfaham bahwa semua gerak atas kehendak Tuhan, manusia tak memiliki kehendak. Maka ketika mencuri itu karena kehendak tuhan. Ketika minum, bukan kehendak manusia, tapi mutlak kehendak tuhan. Sehingga kelompok ini menyatakan bahwa Fir’aun adalah seorang mu’min, dengan alasan bahwa ketakaburannya atas kehendak Tuhan, bukan karena kehendak Fir’aun sendiri.
Padahal yang harus kita Imani adalah, kita memiliki Irodah/kemauan, ‘azzam/kehendak, kemudian pada pelaksanaannya ada kehendak lain dari tuhan. Misalkan karena ngantuk, kita berencana tidur sore jam sembilan malam. Ini kehendak kita. Tapi tanpa kita prediksi, tepat pada jam sembilan malam, ada teman kita dari jauh yang datang bertamu. Ini kehendak Tuhan-nya.
Karena kita haus, kita berkeinginan untuk minum. Maka ketika terlaksana minum. Ada kehendak tuhan pada terlaksananya. Tapi misalkan ketika gelas sudah menempel ke bibir, tiba tiba kursi yang kita duduki ada yang menyenggol, air digelas pun tumpah berhamburan. Ini kehendak Tuhan.
Maka dengan keyakinan ini, dalam setiap langkah, ketika mengerjakan sesuatu. Kita akan bekerja dengan optimal, tapi hasilnya qana’ah (ridha dengan ketetapan) kepada Allah. Bukan qana’ah tapi tanpa memiliki usaha. Ingat, do’a, usaha, kemudian tawakkal kepada-Nya.
Jangan pula kita seperti orang yang berkeyakinan bahwa segala gerak manusia mutlak atas kehendak pribadi tanpa campur tangan Tuhan. Seperti pemahaman diatas, faham ini akan mendorong manusia untuk berbuat sekehendak diri. Akan tercipta hukum rimba, yang kuat akan semakin kuat, yang lemah terus tertindas.
Ketika kita berfikir ada manusia yang akhir hidupnya masuk syurga. Dan disatu pihak ada yang su’ul khatimah masuk neraka. Apakah Allah tidak adil dalam berkehendak?
Ada seorang Ustadz yang menjawab masalah ini dengan menganalogikannya sebuah kisah.
Pada suatu kelas di sebuah sekolah. Terdiri dari tigapuluh orang siswa, dengan seorang guru kelas yang selalu mendampingi dan mengawasi proses belajar mereka.
Setelah beberapa lama bersama mereka, sang guru dapat mengkategorikan menjadi tiga kelompok dari jumlah keseluruhan anak asuhnya.
10 murid pertama adalah kelompok murid yang selalu taat dengan disiplin dan peraturan sekolah, selalu datang tepat waktu, selalu mengerjakan tugas tugas, selalu memperhatikan dan aktif ketika di kelas. Kelompok murid yang memang cocok diacungkan jempol.
10 kelompok kedua. adalah kelompok yang tidak serajin kelompok pertama. Ketika ada tugas mereka mengerjakan, kadang kadang saja lalai. Taat aturan sekolah tapi ada waktunya melanggar. Aktif, memperhatikan keterangan guru dikelas, tapi ada kalanya ngantuk atau tertidur. Tapi kelompok ini masih tergolong bisa menjawab soal soal ujian bulanan yang selalu diujikan oleh guru mereka.
10 kelompok ketiga adalah kelompok yang bisa dibiang na’as. Kelompok ini walaupun memiliki pakaian yang cukup baik, tapi terkesan acak acakan. Begitupun ketaatannya terhadap peraturan sekolah, jajanan mereka sehari hari melanggar disiplin. Ketika dikelas, sudah menjadi ritual sehari hari, sejak sepuluh menit pertama dimulai pelajaran, acaranya menggambar peta, atau mengukur meja sambil mendengkur. Nyontek sudah menjadi hobbi. Sangat jarang mengerjakan tugas-tugas sekolah. Nilai rata-rata ujian bulanan dibawah standar. Kelompok ini merupakan kelompok yang harus diberangus, apalagi jika terjadi di negara Indonesia. (mmem).
Akhirnya ujian akhirpun datang. Pak Guru yang telah sekian lama mendampingi dan memperhatikan kelas ini memberikan pengumuman yang mengejutkan. Bahwa:
Kelompok yang akan mengikuti ujian hanya kelompok kedua.
Kelompok pertama dinyatakan lulus tanpa ujian.
Dan kelompok ketiga. Dinyatakan tidak lulus dan tidak berhak mengikuti ujian.
Hmm… kelompok ketiga marah, dongkol. Dan mengajukan keberatan kepada Pak Kepala sekolah. Akhirnya kepala sekolah mengabulkan permintaan kelompok ketiga ini, supaya adil semua tidak dibedakan, semua mengikuti Ujian.
Pada hari diumumkan nilai hasil ujian, terbukti suatu kenyataan. kelompok pertama dan kedua dinyatakan lulus oleh tim penguji. Sedangkan kelompok ketiga dinyatakan tidak lulus.
Begitulah prediksi Sang guru tidak meleseset, karena selama ini ia telah mengetahui perilaku keseharian anak didiknya.
Bersambung….

3 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.