“Doa seorang muslim untuk saudaranya yang diucapkannya tidak dihadapannya mustajab (dikabulkan Allah), disisinya ada malaikat yang diberi tugas, setiap kali ia berdoa kebaikan untuk saudaranya maka malaikat tersebut mengatakan amin dan untukmu akan mendapatkan seperti doamu untuknya”. HR. Muslim
Sahabat, dari doa yang mustadjab, dalam hadits ini rosulullah salallahu alaihi wassalam menyatakan, adalah dengan cara mendoakan saudaranya.
Mungkin kita pernah bertanya. Sekian kali kita berdoa, tetapi Allah belum jua mengabulkan permintaan kita. Kita mengetahui bahwa Allah subhanahu wata’ala malu, jika hamba-Nya mengangkat tangan, meratap dan berdoa, kemudian tidak dikabulkan. Lantas kenapa doa kita belum terkabul?.
Sahabat, jangan sampai perasaan ini mampir di benak kita. Sebab Rasulullah menyatakan, bahwa Allah tergantung anggapan hambanya (ana ‘inda dhonni ‘abdi bii).
Allah akan dekat dengan kita, jika kita merasa Dia dekat dengan kita. Jika kita selangkah mendekatai-Nya, seribu langkah Ia mendekati kita.
Dalam sebuah hadits rasulullah menyatakan: “Do’a seseorang dikabulkan, selama ia belum berkata ‘Saya telah berdoa, tapi Ia tidak mengabulkan” HR. Bukhori Muslim. Naudzubillah hi mindzalik.
Secara rasional, bagaimana Allah akan mengabulkan do’a seseorang?, jika ia tidak yakin dengan sepenuh hati doanya akan dikabulkan. Seperti halnya anggapan orang orang yang menganut faham pluralisme. Mereka beranggapan, apapun agamanya, siapapun tuhannya, yang penting ia taat. Pada akhirnya Allah akan memasukkannya ke syurga-Nya. Ini sungguh tidak masuk akal!. Bagai mana Allah akan memasukkan ia kesyurga-Nya?, Sedang ia tidak meyakini, tidak mengakui eksistensi Allah sebagai tuhan satu yang wajib diibadahi?
Kembali ke bahasan kita. Terkabulnya do’a mungkin tidak serta merta kita dapatkan.
Dari Abi Sa’id Al-Khudri radiallahu anhu, Rasulullah salallahu alaihi wasallam bersabda: “Doa seorang hamba terkabul melalui satu dari tiga hal: Dikabulkan doanya dengan segera, sebagai tabungan amal sholeh di akhirat, atau sebagai penghalang kejelekan sepertinya” HR Bukhari dan Muslim.
Jadi yakinlah terus berdoa, karena do’a adalah bentuk ketundukan kita sebagai manusia kapada Allah, Illah yang telah mengkaruniakan berbagai macam nikmat yang tak mungkin terabadikan dalam tulisan. Walau seluruh air laut sebagai tinta dan pepohonan dijadikan kertas. Maha Besar Allah.
Sahabat, ketika kita mendoakan saudara sesama muslim. Ketika dia tidak berada didekat kita. Merupakan suatu ketulusan hati. Kasih kita pada sesama. Agama Islam memang berulang memerintahkan ummatnya untuk membina kerukunan, kasih sayang, bahkan dengan non-muslim sekalipun.
Imam Nawawi dalam syarah (penjelasan) shahih Muslim. Bahwa Imam Malik berkata: “Seluruh adab kebaikan bercabang dari empat hadits; sabda Rasul: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka berkatalah sesuatu yang baik atau diam” Sabda Rosul: “Dari kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat”. Sabda Rosul kepada sahabat yang meminta nasihatnya diringkas: “Jangan marah” dan sabda Rosul: “Tidak beriman seorang diantara kalian, sampai ia mencintai saudaranya, seperti ia mencintai dirinya sendiri”
Jika hal ini tertanam dihati kita, akan hilang rasa iri, dengki, takabur dan sebagainya. Akan tumbuh rasa kasih mengasihi. Akan tercipta kerukunan antar sesama. Persaudaraan yang didasari oleh keyakinan keimanan. Tak mengharap balas kecuali dari-Nya. Allahu a’lam bishawab.
*When I felt missing…
subhanalloh, terasa mengena sekali. kupas lebih dalam ttg pluralisme jg kang. nuhun.
sami2 kang, makasih sudah berkunjung. sudah lama saya menulisnya.