Pagi tadi setelah sahur, ada tayangan musafir di salah satu televisi swasta. Pagi ini menceritakan kisah Nabi Ayub.
Seorang Nabi, hamba Allah yang shalih. Dengan kekayaannya beliau menjadi orang kaya yang dermawan, dan selalu dekat kepada Allah dalah sujud dan dzikirnya. Sampai-sampai para malaikat dilangit bercerita tentang keshalihan beliau.
Syaithan yang tak pernah rela manusia selamat. Akhirnya datang meminta pada Allah agar Ayub diberikan cobaan. Allah mengabulkan permintaan syaithon. kecuali hati, lisan dan akal; hati untuk mengingat Allah, Lisan untuk berdzikir dan aqal untuk berfikir.
Pertama dengan hilangnya harta kekayaan, semuanya hilang. Anak anaknya meninggal. Hingga kemudian penyakit yang tak kunjung sembuh. Karena penyakitnya, Beliau diusir dari kampung. Diasingkan, karena tak ingin tertular penyakit yang diderita Ayub.
Selama 18 tahun penyakit ini diderita. Semua nikmat seakan direnggut, kecuali isteri beliau yang bernama Siti Rahima yang selalu setia menemaninya.
Isteri shalihah yang tak pantang karena penderitaan yang datang begitu bertubi. Pernahkah kita bayangkan, andai cobaan itu menimpa kita? jangankan 18 tahun, 2 minggu tergeletak saja sudah terasa menderita, mengeluh. Padahal masih banyak nikmat yang masih ada.
Suatu ketika, Siti Rahima meminta-minta makanan hanya untuk sekedar mengganjal perut. Tapi tak ada satupun yang mau memberikan, semua merasa jijik. Beliau diusir, ditendang dan di lempar.
Sampai kemudian ada yang hendak memberikan sepotong roti, tapi dengan syarat, menukarnya dengan rambut Siti Rahima.
Rambut yang bagi wanita adalah mahkota, bahkan kehormatan rela beliau tukar dengan makanan yang hanya sekedar untuk mengganjal perut.
Tapi syaiton tak pernah diam dan tak pernah tenang, sampai manusia berhasil dijerumuskan.
Sebelum Siti Rahima sampai di tempat Ayub. Syaithon berbisik pada Ayub, bahwa isteri beliau telah berkhianat dan tidak setia.
Saat itulah Ayub menjerit, berdoa pada Allah. Dan detik itu pula Allah mendengar dan mengabulkan doanya.
“Urkud birijlika haadza” hentakkan kakimu diatas bumi tempat engkau berpijak.
Maka keluarlah air. Maka Ayub diperintahkan minum dan mandi dari air tersebut. Seketika penyakit beliau hilang. Perlahan kekayaan dan keluarganya kembali berlipat ganda. Buah dari kesabaran.
“Assabru yu’inu kulli ‘amal” Ya kesabaran memberikan kelapangan atas segala perbuatan yang kita lakukan. Kesabaran yang tiada terbatas. Karena jika kesabaran terbatas, itu berarti sudah tidak lagi bersabar.
Isteri shalihah adalah sebaik-baiknya perhiasan dan harta dunia ini. Dibalik kebesaran nama seorang lelaki, selalu ada wanita hebat yang mendampinginya.